Minggu, 22 April 2018

PANORAMA HATTA


Oleh : Sadri Ondang Jaya


Melintasi jalan negara Tapaktuan-Pasie Raja --begitu pula sebaliknya-- kendaraan yang kita tumpangi, pasti meliuk-liuk. Terkadang oleng, ke sebelah kiri dan kanan.
Tak jarang, kendaraan mendaki dan menurun. Mengikuti "lukisan" badan jalan yang keindahannya amat menakjubkan.
Konon, jalan Tapaktuan-Pasie Raja, yang dibangun dengan biaya miliaran rupiah itu, keindahannya yaris sama dengan Jalan Nasional Kelok sembilan di Sumatera Barat.
Kalau pun itu tak diakui, paling tidak,  kedua jalan tersebut sama-sama dibangun di pinggir tebing yang curam dengan menggunakan konstruksi kontilever berteknologi tinggi.

***
Tidak berapa lama menempuh jalan sepanjang 1.800 meter itu, kita "terperogok" dengan sebuah hamparan puncak gunung. Oleh warga setempat,  puncak gunung itu dinamai dengan  Puncak Pintu Angin.

Di Puncak Pintu Angin itulah ada sebuah kafe. Entah milik siapa kafe itu, tak tahulah kita. 
Yang jelas, kafe yang berdiri di hamparan tanah seluasnya 1000 meter, di depan kafe ada pamflet  bertuliskan kalimat Jambo Panorama Hatta.

Setiap hari, banyak pengunjung singgah di kafe itu. Mereka tidak hanya sekadar melepas penat dan lelah sembari mecicipi enaknya kuliner khas Aceh Selatan.

Tetapi juga, di bawah rimbunan pepohonan hijau, mereka bisa menikmati semilir angin sejuk yang bertiup sepoi-sepoi.

Tidak itu saja, jika mata kita melirik ke sebelah kanan lekuk dua gunung. Birahi seni kita akan terangsang  dengan "rancaknya" panorama alam, lembah ngarai Desa Pantai Lhok Rukam.

Anehnya, jika dilihat dari kejauhan rumah-rumah yang di lingkung bukit itu, seolah-olah mau ditelan ombak yang datang berkejar-kejaran ke bibir pasir putih.

***
Menariknya,  bahkan mengundang penasaran. Mengapa jambo di puncak Pengunungan Mata Angin itu, dinamakan Panorama Hatta?

Rupanya, tahun 1953 Drs. Muhammad Hatta, Wakil Presiden Indonesia pertama, saat berkunjung ke Aceh Selatan, pernah beristirahat sembari menikmati keelokan dan kerancakan pemandangan di kawasan Puncak Pengunungan Mata Angin.

Lalu, sebagai penghargaan terhadap Sang Proklamator, Pemda Aceh Selatan menambalkan tempat persinggahan tersebut dengan nama "Panorama Hatta".

Nama itu, telah menjadi mascot Aceh Selatan. Diyakini ia akan tetap melekat di hati warga dan siapa pun yang pernah ke sana.[]

Tidak ada komentar:

Posting Komentar