Sabtu, 29 April 2017

                                      Perarakan Bunga Pada Hari Maulid Nabi Besar Muhammad SAW

IRONISNYA TAMBATAN PERAHU NELAYAN GOSONG TELAGA

Masyarakat Kemukiman Gosong Telaga, Singkil Utara, Aceh Singkil, mayoritas bermata pencarian nelayan.
Pekerjaan mencari nafkah keluarga itu, telah mereka lakoni ratusan tahun lalu dan berlangsung secara turun temurun.

Kendati begitu, ada hal yang menyesakkan dada, sangat ironis, dan memperihatinkan.
Paling tidak bagi saya, anak seorang nelayan dan dibesarkan dari tetesan darah "sambam" ikan.

Betapa tidak, jika kita tengok tempat tambatan perahu nelayan Gosong Telaga yang umumnya terletak di gerigi tepian sungai perkampungan, masih ala kadarnya, rentah, papah, dan alamiah.

Atap dan galangan tambatan perahu nelayan itu, masih terbuat dari daun dan batang kelapa. Tiang-tiangnya pun hanya kayu bulat seadanya.

Hal ini membuat perahu yang ditambat di tempat itu, cepat lapuk ditelan hujan dan panas.
Sehingga perahu-perahu para nelayan tadi yang terbuat dari kayu cepat rusak sebelum waktunya.

Diperparah lagi banyaknya binatang sungai, seperti kapang dan teritit, yang selalu  menggerogoti.
Ironisnya lagi, tambatan perahu yang dibuat nelayan dari dana kantong sendiri, tidak tersedia tempat penyimpanan mesin robin, barang-barang, dan alat tangkap nelayan.

Tak ayal, perlengkapan yang lumayan berat ini, terpaksa dibawa nelayan ke rumah dengan memikulnya setiap hari. Saat berangkat dan pulang ke dan dari laut.

Jika ditinggalkan diperahu, perlengkapan tadi akan raib. Dicuri orang.

***
Biasanya, nelayan berangkat dan pulang melaut serta aktivitas di tempat tambatan perahu acap berlangsung pada malam hari.

Lagi-lagi disayangkan, alat penerang semacam listrik tidak tersedia di sana.
Apabila para nelayan beraktivitas, mereka hanya diterangi bolos. Paling banter senter. Kalau ini tak ada, alamat mereka meraba-raba di kegelapan malam.

***
Era sekarang telah maju dan modern plus banyaknya dana pembangunan yang tersedia--termasuk dana desa.

Mengapa sarana dan prasarana serta fasilitas untuk para nelayan seperti tambatan perahu ini, tidak menjadi prioritas didanai dan dibangun?

Mengapa  kita belum berkeinginan "memanjakan" para nelayan dengan menyediakan berbagai fasilitas yang maju dan modern?

Bukankah nelayan itu, adalah kita? Paling tidak, mereka punya andil menghidupi kita.
Jika pun itu tidak kita akui.  Bukankah pembangunan sejatinya untuk kepentingan rakyat termasuk di dalamnya para nelayan Gosong Telaga.

Uang desa itu, adalah uang mereka dan diprogramkan pemerintah untuk kesejahteraan mereka.

***
Apabila kita bertanya pada nelayan, seiring dengan banyak dana desa, pasti mereka mendambakan tempat tambatan perahu  yang repsentatif.

Atapnya terbuat dari seng, dan galangan perahu "berhidrolik". Ada pula tersedia gudang tempat penyimpanan mesin robin dan  perlengkapan alat tangkap lainnya.

Plus terdapat pula beranda atau balai-balai tempat nelayan menyirat jaring jika rusak.
Ditambah lagi penerangan listrik yang memadai meskipun bukan lampu mercuri.

Dengan berjibunnya dana desa sehingga tidak tahu lagi cara "menghabiskannya".
Sangat pantas kiranya jika kita membangun sarana prasarana untuk memanjakan nelayan yang notabene adalah saudara kita.

Kita rindu dan senang, apabila para nelayan Gosong Telaga tak pernah mengeluh.
Tidak lagi berputus asa dan bermuram durja karena minimnya hasil tangkapan atau saat haleon (paceklik) tiba.

Kita sangat senang apabila nelayan Gosong Telaga hidupnya sejahtera,  tak merasa sengsara.
Senang melihat rumah tangga mereka rukun dan damai. Jauh dari rongrongan "repetan" isteri setiap hari. Karena belanja sehari-hari dan isi lemari belum mencukupi.

Bukankah kita gembira, jika wajah nelayan Gosong Telaga,  selalu ceria. Aura dan gurat wajah mereka tidak terlihat tua padahal usianya masih muda.

Kita patut bermohon pada Allah agar dalam usia yang masih produktif, fisik para nelayan kita itu masih segar-bugar.

Tidak terlalu cepat sakit-sakitan dan berpulang kerahmatullah.
Kita tak ingin nelayan kita seakan "bergegas" meninggalkan anak yatim dan janda.

Padahal anak yatim dan janda tadi masih membutuhkan kasih sayang dan perhatian dari sosok ayah dan suami tercinta.

Apabila kita cinta dan sayang pada nelayan. Karena nelayan itu adalah kita dan saudara kita.
Ayo kita keluarkan sejumput dana desa yang ada untuk membangun tambatan perahu nelayan.
Nah, setujukah Anda?-[]

Minggu, 23 April 2017

Menyambut HUT Ke 18 Tahun Aceh Singkil


Gosong Telaga--Dalam rangka memperingati Hari Jadi Kabupaten Aceh Singkil yang ke-18, ratusan dari PNS, anggota TNI Kodim 0109, dan warga lainnya, Minggu (23/04/2017) pagi,  mengikuti senam massal di Gelanggang Olahraga (GOR) Kasim Tagok, Aceh Singkil.

Para peserta sangat bersemangat mengikuti senam jantung sehat yang telah dimodifikasi dengan irama musik populer.

Amatan di lapangan, selain melaksanakan senam, panitia juga menyediakan kupon untuk peserta senam dalam bentuk hadiah doorprize dari sponsor tunggal Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) Kesehatan.

Senam yang berlangsung kurang lebih satu jam yang dipandu instruktur senam yang ada di Aceh Singkil, selain dihadiri warga juga hadir Wakil Bupati, Dulmusrid, Kasdim 0109 Mayor Inf Trijoko Purnomo, Setdakab Aceh Singkil Drs Azmi, para Asisten, dan berbagai Kepala SKPD Aceh Singkil.

Wakil Bupati Aceh Singkil Dulmusrid mengatakan, senam massal itu dilaksanakan dalam rangkaian memperingati hari jadi kabupaten Aceh Singkil yang bakal dihelat 27 April 2017.

Dengan menggelar senam ini, tambah Dulmusrid, kita akan menjadi sehat. “Jika sudah sehat, Insya Allah kita lebih bergairah melaksanakan aktivitas,” ucap Dulmusrid.

Seusai senam dan pembagian hadiah, peserta dihiburkan berbagai artis lokal yang diringi oleh musik keyboard hingga menjelang siang.

Pameran Pembangunan
Memeringati Hari Jadi Kabupaten Aceh Singkil tahun ini, selain mengadakan senam massal, Pemkab Aceh Singkil juga akan menggelar pameran pembangunan selama sepekan, bakti sosial, pagelaran seni-budaya, dan upacara peringatan.

Menjelang tiga hari lagi peringatan hari jadi, satuan kerja perangkat kabupaten (SKPK), intansi vertikal, BUMD, perusahaan swasta telah membangun stand pameran mereka.

Puluhan tukang dan beberapa orang PNS terlihat sedang mengerjakan dan membenahi stand pameran.
“Sekarang kami sedang membenahi dan menghiasi stan pameran. Insya Allah beberapa hari lagi akan rampung,” ucap H Syamsul Bahri SH Kadis Dinas Syariat Islam Aceh Singkil.

Begitu juga dengan ratusan pedagang, mereka telah mulai mendirikan kios-kios untuk tempat berjualan di pelataran luar GOR, tempat dihelatnya upacara hari jadi dan pameran pembangunan.

Masyarakat Aceh Singkil pun, sepertinya sudah tak sabar menunggu perayaaan tahunan itu.
Mereka sudah terlihat antusias berduyun-duyun mendatangi lokasi perhelatan.[]