Menjelang Musda DPD II KNPI Aceh Singkil
Qua Vadis
Pemuda Aceh Singkil: Menyulap
Daerah
“4 Ter” Menjadi Daerah Satelit
Oleh : Sadri Ondang Jaya
18 tahun lalu, Aceh Singkil ditetapkan pemerintah RI menjadi daerah otonom.
Ia mekar dari kabupaten induknya, Aceh Selatan. Hal ini sebagaimana termantuf dalam Undang-Undang Nomor: 14 Tahun 1999.
Kendati usia Aceh Singkil telah beranjak dewasa. Namun, daerah yang
berjuluk nagari Syekh Abdurrauf itu belum bisa dikategorikan daerah
berkembang. Ia masih tergolong daerah nelangsa. Alias daerah “tersingkir”.
Ketersingkiran Aceh Singkil itu,
telah dilegitimasi pula oleh
Peraturan Presiden Nomor 131 tahun 2015. Isinya menyatakan, Aceh Singkil termasuk
salah satu daerah miskin di Indonesia.
Tak cukup itu saja, Aceh Singkil pun di kalangan masyarakat ‘tertentu’
telah mendapat stigma sebagai daerah “4 Ter”. Terpencil, termarginal, termiskin, plus terbanjir.
Pelabelan Aceh Singkil sebagai daerah 4 Ter,
membuat banyak orang terkesiap dan gusar. Pedih rasanya, bak daging tersayat sembilu.
Di antara elemen masyarakat yang paling gusar tadi, adalah kalangan
mahasiswa dan pemuda. Yang notabene, merekalah sesungguhnya pemilik sah Aceh
Singkil ke depan.
***
Apa yang membuat Aceh Singkil mendapat gelar 4 Ter? Setelah ditelusuri,
rupanya, pemberian gelar itu berdasarkan hasil surve statistik dengan
menggunakan sejumlah indikator.
Salah satu indikator itu adalah, Aceh Singkil memiliki pertumbuhan ekonomi dan geliat pembangunan sarana dan prasarana yang masih minim.
Ditambah lagi, kemampuan keuangan dan aksesbilitas Aceh Singkil, berada di bawah rata-rata nasional.
***
Sebenarnya, jika ditilik dan dicermati dari potensi yang dimiliki Aceh
Singkil dan letaknya yang sangat strategis, mustahil Aceh Singkil menyandang
stigma daerah 4 Ter.
Aceh Singkil menjadi daerah 4 Ter, menurut saya, karena
potensi sumberdaya yang dimiliki Aceh Singkil selama ini, belum dikelola,
garap, dan diberdayakan dengan baik, serius, dan optimal.
Untuk mengelola potensi Aceh Singkil atau mengekspolatasi rahmat menjadi nikmat, bukanlah pekerjaan
mudah. Para pendahulu kita, telah berusaha mewujudkannya.
Namun, apa daya : “Mereka telah coba
apa yang mereka bisa. Tapi kerja belum selesai. Belum apa-apa.”
Jadi, untuk memupuskan gelar daerah 4 Ter. Dengan kata lain, menciptakan
Aceh Singkil yang makmur dan sejahtera. Pemudanya tak boleh berpangku tangan.
Apalagi diam.
Pemuda Aceh Singkil, harus bangkit, tegak, dan bergerak. Bekerja, dan
bekerja. Melanjutkan ‘kerja yang masih terbangkalai dan belum apa-apa’.
***
Menyiasati hal itu, tak boleh ditawar-tawar lagi, hari ini dan seterusnya,
pemuda harus memainkan peran dengan cara bersinergi dengan elemen masyarakat
terutama Pemkab. Aceh Singkil dalam menggali, menggarap, dan memberdayakan
segala potensi yang dimiliki Aceh Singkil.
Kemudian turut serta menyeting, menggerakkan, dan memacu pembangunan.
Jangan pernah mengatakan, tak bisa. Pemuda Aceh Singkil harus percaya diri:
“Aceh Singkil itu hebat.” Hebat sejarahnya, hebat budayanya. Hebat etos
kerjanya.
***
Lalu, pemuda yang bagaimana dibutuhkan menggarap potensi alam, menggeliatkan ekonomi Aceh Singkil dan menyulap daerah 4 Ter
menjadi daerah satelit itu?
Pemuda yang berhati dan berpikir jernih, serius, dan punya sikap mental yang elok dan mumpuni.
Terutama, pemuda tadi harus cerdas, jujur, energik,
dan berani. Jika perlu, sosok pemuda yang
“rada-rada gila”.
Artinya, pemuda
itu memiliki personality, behaviour, dan
the sense of power. Sanggup sebagai agen
of change.
Setelah itu, pemuda harus pula punya
inovasi dan kreatifitas. Ia memiliki visi,
misi, dan strategi yang jelas.
Selalu menciptakan harapan atau impian-impian baru. Tak kalah pentingnya, ia harus selalu optimis dan memiliki pemikiran
yang terbuka.
Sebab, harapan baru, rasa optmisme yang tinggi, dan keterbukaan berpikir, akan memberikan dorongan dan menggelorakan semangat perubahan.
Untuk memelihara harapan agar terus hidup dan
berkembang, pemuda
harus menunjukkan
progres melalui hal-hal yang dapat
dilihat secara kasat mata. Tidak ‘cet langit’ atau omong doang.
Ia harus mampu mengajak orang lain melihat apa yang
ia “lihat”, lalu bergerak dan menuntaskannya.
***
Memang, mencari sosok pemuda yang demikian, sangat
susah. Apalagi di tengah-tengah menguatnya budaya
pragmatisme seiring dengan
mengglobalnya dunia.
Budaya di kalangan orang tua Aceh Singkil pun, belum kondusif. Mereka belum
terbiasa memberikan dukungan, kesempatan, dan peluang kepada pemuda untuk mewujudkan
ide-ide cemerlang. Pemuda itu baru berbuat, terus dipatahkan. Kapan mereka
bisa?
Akibatnya, pemuda Aceh Singkil kekinian terjebak
pada kepercayaan diri yang berlebihan
yang muaranya pada kepentingan prakmatis,
materialis, dan berorientasi pada kelompok dan etnis.
***
Kendati
begitu, kita tak perlu pesimis. Masih
banyak pemuda-pemudi Aceh Singkil yang baik. Mereka cerdas,
pemikirannya idealis dan brillyan.
Malah,
sekarang banyak pemuda Aceh Singkil yang beraninya luar biasa, urat takut telah
hilang. Mereka pun memiliki komitmen tinggi untuk membangun Aceh Singkil.
Mereka-mereka
itu, pasti mampu menghilang stigma Aceh Singkil dari daerah 4 Ter menjadi
daerah satelit yang berkembang dan maju. Bahkan, tidak mustahil menjadi daerah Baldatun thayyibatun wa rabbun ghafur.
Itu semua bisa dilakukan dengan syarat: Qua vadis pemuda Aceh Singkil,
harus bergerak serempak dan mengarah pada perubahan.
Sekali perubahan.
Syarat lainnya, pemuda Aceh Singkil harus meninggalkan cara berpikir lama
nan usang.
Karena Peter Drucker pernah
mengatakan,“Bahaya terbesar dalam turbulensi (menimbulkan gangguan, keresahan,
dan tidak nyaman....) bukan turbulensi itu sendiri, melainkan ‘cara berpikir
kemarin’ yang masih dipakai untuk memecahkan masalah sekarang.”
“Pemuda Aceh Singkil hari ini, jangan pernah mengulang kesalahan masa lalu.
Keledai saja, tak pernah terperosok dua kali dalam lubang yang sama.”
Nah,
mari kita sambut pemuda Aceh Singkil sebagai agen of change. Sehingga Aceh
Singkil menjadi daerah yang gilang gemilang.
Bung Karno,
presiden Indonesia pertama mengungkapkan: “Berikan kepadaku 1000 orang tua, niscaya akan kucabut semeru dari
akarnya, tetapi berikan kepadaku 10 pemuda, akan kuguncangkan dunia ini.”[]